GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR PRA NIKAH TENTANG IMUNISASI TETANUS TOKSOID SEBELUM MENIKAH (CATIN) DI JORONG KURANJI KECAMATAN GUGUAK KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016
DOI:
https://doi.org/10.35730/jk.v9i1.344Kata Kunci:
Education, Regulation, Assosiation, Midwives professionAbstrak
Tetanus pada maternal dan noenatal merupakan salah satu penyebab kematian paling sering terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat yang tidak bersih yang ditandai dengan kaku otot yang nyeri yang disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani pada luka anaerob. AKB di Indonesia menurut SDKI tahun 2007 adalah 34 kematian per 1000 kelahiran hidup, dan kematian yang tertinggi terjadi pada periode neonatal. Angka kematian neonatal adalah 19 per 1000 kelahiran hidup, dan Tetanus Neonaturum (TN) merupakan salah satu penyebab utamanya. Imunisasi TT sebelum menikah merupakan salah satu langkah untuk mencegah penyakit TN. Data dari dinas kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota, sebanyak 92.558 orang sasaran wanita usia subur di Kabupaten Lima Puluh Kota, didapatkan cakupan imunisasi TT catinnya adalah 93 orang (0,1 %). Data yang didapatkan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Guguak, dari 285 pasangan yang menikah tahun 2013 hanya 9 orang yang mendapatkan imunisasi TT catin (3,15 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan wanita usia subur pra nikah tentang imunisasi Tetanus Toksoid calon pengantin di Jorong Kuranji Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan teknik analisa univariat, populasi adalah 298 dengan sampel penelitian 100 orang wanita usia subur belum menikah yang akan dijadikan responden. Hasil penelitian didapatkan 54% responden dengan pengetahuan rendah dan 46% responden dengan pengetahuan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki pengetahuan rendah. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan agar tenaga kesehatan memberikan penyuluhan yang lebih terkelola terutama dalam memberikan imunisasi untuk calon pengantin.Referensi
Freeth D, Hammick M, Reeves S, Koppel I, Barr H, 2005. Effective interprofessional education. UK: Blackwell Publishing Ltd.
Furber C, Hickie J, Lee K, McLoughlin A, Boggis C, Sutton A, Cooke S, Wakefield A. 2004. Interprofessional education in midwifery curriculum: the learning through the exploration of the professional task project (LEAPT). Elsevier Journal. Dec; 20(4): 358-66.
Hammick M, Freeth D, Koppel I, Reeves S, Barr H, 2007. A Best Evidence Systematic Review of Interprofessional Education Medical Teacher. US: Best Evidence Medical Education (BEME) Collaboration.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2014. Standar Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta: IBI
________________________________, 2013. Standar Nasional Pendidikan Kebidanan Indonesia. Jakarta: IBI
International Confederation of Midwives. Triennial Report 2011 – 2014. Diunduh tanggal 29 Agustus 2014. Tersedia dari URL http://www.internationalmidwives.org
Midwifery 2020 Programme. Midwifery 2020: Delivering Expectations. Cambridge: Jill Rogers Associates; 2010
Ryerson University, 2015. Interprofessional education in the midwifery program. Canada: Ryerson University. Diakses pada tanggan 24 September 2015 melalui URL
UNFPA. Midwifery around the world Part 1. 2011. Diunduh tanggal 22 agustus 2014. Tersedia dari URL: http://www.unfpa.org/sowmy/resources/docs/main_report/en_SOWMR_Part1.pdf
World Health Organization. 2013. Framework for action in interprofessional education and collaborative practice. Geneva: WHO Press, World Health Organization. Diunduh pada tanggal 5 Oktober 2014. Tersedia pada URL http://whqlibdoc.who.int/HQ/2010/WHO_HRH_HPN_10.3_eng.pdf
______________________.2014. Interprofessional education case study. Geneva: WHO Press. World Health Organization. Diunduh pada tanggal 28 September 2015.