ANALISIS PENGELOMPOKAN DAN PEMETAAN KECAMATAN BERDASARKAN FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA PADANG TAHUN 2016

Authors

  • Vivi Okta Sanggara
  • Novi Arma
  • Yeffi Masnarivan

DOI:

https://doi.org/10.35730/jk.v8i1.277

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penerapan prinsip pemerataan tanpa memperhatikan karakteristik wilayah dalam pelaksanaan program pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular DBD menyebabkan program tersebut kurang efektif dan tidak tepat sasaran, dengan demikian peningkatan kasus DBD tiap tahunnya menjadi masalah yang hampir selalu dihadapi oleh Kota Padang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelompokan dan pemetaan kecamatan berdasarkan faktor penyebab DBD di Kota Padang tahun 2016. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan data sekunder tahun 2015 dan analisis multivariat meliputi analisis kluster, analisis biplot dan analisis diskriminan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh kecamatan yang ada di Kota Padang dan menggunakan 8 faktor penyebab DBD di Kota Padang. Proses pengelompokan menghasilkan tiga kluster kecamatan berdasarkan faktor penyebab DBD variabel pembeda antar kluster berdasarkan hasil analisis diskriminan yaitu; variabel parsentase PHBS, UKBM dan TTU. Kluster satu dipengaruhi oleh variabel diskriminan persentase PHBS. Kluster dua dipengaruhi oleh variabel diskriminan persentase TTU, PHBS dan UKBM. Kluster tiga dipengaruhi oleh variabel diskriminan TTU dan klaster empat dipengaruhi oleh variable diskriminan UKBM. Pemetaan yang dilakukan menghasilkan peta kejadian DBD, peta hasil pengelompokan kecematan, dan peta kecamatan berdasarkan potensi kerawanan DBD. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan karakteristik dan kerawanan pada masing-masing kluster kecamatan di Kota Padang berdasarkan faktor penyebab DBD. Untuk itu, disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang dalam pelaksanaan program pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD untuk melaksanakan manajemen penyakit berbasis wilayah berdasarkan karakteristik masing- masing setiap kecamatan.

References

Abdul Munsyir, Mujida dan Ridwan Amiruddin. 2010. Pemetaan Dan Analisis Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan Tahun2009

Achmadi, U.F. 2005. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Arinta Ningtiyas, Nieke. 2006. Analisis Faktor Yang berhubungan dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) Pada anak Usia 5-14 tahun di wilayah keija puskesmas Wirosari 1 Kabupaten Grobogan.

Depkes RI. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Ditjen PPM & PLP. Jakarta

____. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta

____. 2005. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan

____. 2006. Pendekatan Epidemiologi dan Dasar-Dasar Surveilans. Jakarta

Kemenkes RI, 2010. Buletin jendela epidemiologi. Jakarta , 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta

Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsi-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

____. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Sungkar, Saleha. 2005. Bionomik Aedes aegypti, Vektor Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Departemen Parasitologi, FKUI

Published

2017-01-14

Issue

Section

Artikel