ANALISIS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MELALUI PENDEKATAN TEMPORAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR IKLIM DI KOTA PADANG TAHUN 2014-2017

Authors

  • Febria Rahmi Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi
  • Dasman Hadi
  • Mellia Fransiska
  • Debby Ratno Kustanto LPPM STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

DOI:

https://doi.org/10.35730/jk.v10i1.373

Keywords:

Temporal, Iklim, DBD

Abstract

Pada tahun 2013, di Indonesia jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence Rate / Angka kesakitan = 45,85 per 100.000 penduduk dan CFR / angka kematian = 0,77%). Kota Padang merupakan salah satu kota yang angka kejadian DBDnya tertinggi di Sumatera Barat. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus DBD, antara lain nyamuk sebagai vektor, faktor lingkungan, dan unsur iklim yang dapat ditinjau dari aspek temporal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor iklim dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue berdasarkan pendekatan temporal di Kota Padang Tahun 2014-2017. Penelitian ini menggunakan rancangan studi ekologi dengan jenis Times Series Study (Time Trend Study). Penelitian ini dilakukan di Kota Padang pada bulan Mei - Juli tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit DBD yang berada di Kota Padang dan tercatat dalam register DBD Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014-2017, yaitu berjumlah 3311 kasus. Seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pengolahan data (procesing) dilakukan dengan menggunakan program komputer. Hasil penelitian didapatkan Secara spasial, angka Insidence DBD tertinggi terjadi di Kecamatan Bungus yaitu 169 per 100.000 penduduk pada tahun 2015, selanjutnya Kecamatan Kuranji. Sedangkan insidence DBD terendah juga terjadi di Kecamatan Bungus yaitu 16 per 100.000 penduduk pada tahun 2014. Secara temporal, Kasus DBD tertinggi di Kota Padang tahun 2014-2017 terjadi pada Bulan November tahun 2015 sebesar 200 kasus dan yang terendah terjadi pada Bulan April tahun 2017 sebesar 14 kasus. Rata-rata kejadian kasus DBD tertinggi terjadi pada Bulan Desember sebesar 124 kasus dan yang terendah terjadi pada Bulan April sebesar 27 kasus. Hubungan curah hujan dengan jumlah kasus DBD di Kota Padang tahun 2014 – 2017 menunjukkan hubungan yang kuat (r = 0,607), berpola positif, dan ada hubungan yang signifikan (p = 0,036). Secara umum, Kecamatan di Kota Padang tergolong daerah yang endemis DBD.Disarankan kepada masyarakat untuk meningkatkan peran serta di dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD seperti melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus serta peningkatan health promotion seperti penyuluhan yang berkaitan dengan penyakit DBD kepada masyarakat oleh pihak atau instansi terkait terutama kepada Puskesmas yang tinggi Incidence DBD.

References

Candra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC; 1996.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI; 2003.

Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2007.

Fitri, Maiyulia. Studi Epidemiologi TB Paru dengan Pendekatan Spasial dan Temporal Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2007-2009. Padang: PSIKM-FK UNAND; 2009.

Hastono, Sutanto Priyo. Analisis Data. Jakarta : FKM UI; 2001.

Sungkar, Saleha. Bionomik Aedes aegypti, Vektor Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Departemen Parasitologi, FKUI; 2005.

Supartha, I Wayan. Pengendalian Terpadu Vektor Virus DBD Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Denpasar : Universitas Udayana; 2008.

WHO. Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah

Dengue. Jakarta : EGC; 2004.

Downloads

Published

2019-05-27